Manajemen risiko adalah suatu pendekatan
terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan
ancaman. Manajemen risiko keuangan terfokus pada risiko yang dapat dikelola
dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan.
Tujuan utama manajemen risiko keuangan adalah
untuk meminimalkan potensi kerugian yang timbul dari perubahan tak terduga
dalam harga mata uang, kredit, komoditas, dan ekuitas.
Para pelaku pasar cenderung tidak berani
mengambil risiko. Perantara jasa keuangan dan pencipta pasar memberikan respons
dengan menciptakan produk keuangan yang memungkinkan seorang pelaku pasar untuk
mengalihkan risiko perubahan harga tak terduga kepada orang lain-pihak lawan.
1. Komponen Utama Risiko Mata Uang Asing
Untuk meminimalkan eksposur yang dihadapi atas
volatilitas kurs valuta asing, harga komoditas, tingkat suku bunga, dan harga
sekuritas, industri jasa keuangan banyak menawarkan produk lindung nilai
keuangan, seperti swap, suku bunga, dan juga opsi. Kebanyakan instrument
keuangan tersebut diperlakukan sebagai pos-pos di luar neraca oleh sejumlah
perusahaan yang melakukan pelaporan keuangan secara internasional. Akibatnya,
risiko-risiko yang terkait dengan penggunaan instrument ini sering kali
tertutupi, dan sampai sekarang pembuat standar akuntansi dunia melakukan
pembahasan atas prinsip pengukuran dan pelaporan yang tepat untuk produk-produk
keuangan ini. Materi pembahasan ini salah satunya adalah membahas pelaporan
internal dan masalah pengendalian yang terkait dengan masalah yang sangat penting
Ada beberapa komponen utama dalam risiko mata
uang asing, yaitu:
·
Accounting risk
(risiko akuntansi): Risiko bahwa perlakuan akuntansi yang lebih disukai atas
suatu transaksi tidak tersedia.
·
Balance sheet hedge
(lindung nilai neraca): Mengurangi eksposur valuta asing yang dihadapi dengan
membedakan berbagai aktiva dan kewajiban luar negeri suatu perusahaan.
·
Counterparty (pihak
lawan): Individu/lembaga yang terpengaruh dengan suatu transaksi.
·
Credit risk (risiko
kredit): Risiko bahwa pihak lawan mengalami gagal bayar atas kewajibannya.
·
Derivatif: Perjanjian
kontraktual yang menimbulkan hak atau kewajiban khusus dengan nilai yang
berasal dari instrument atau komoditas keuangan lainnya.
·
Economic exposure
(eksposur ekonomi): Pengaruh perubahan kurs valuta asing terhadap biaya dan
pendapatan perusahaan di masa depan.
·
Exposure management
(manajemen eksposur): Penyusunan strukturdalam perusahaan untuk meminimalkan
pengaruh buruk perubahan kursterhadap laba.
·
Foreign currency
commitment (komitmen mata uang asing): Komitmen penjualan/pembelian perusahaan
yang berdenominasi dalam mata uang asing.
·
Inflation differential
(perbedaan inflasi): Perbedaan dalam laju inflasi antar dua negara atau lebih.
·
Liquidity risk (risiko
likuiditas): Ketidakmampuan untuk melakukan perdagangan suatu instrument
keuangan dengan tepat waktu.
·
Market discontinuities
(diskontinuitas pasar): Perubahan nilai pasar secara mendadak dan signifikan.
·
Market risk (risiko
pasar): Risiko kerugian akibat perubahan tak terduga dalam harga valuta asing,
kredit komoditas, dan ekuitas.
·
Net exposed asset
position (risiko potensial posisi aktiva bersih): Kelebihan posisi aktiva
terhadap posisi kewajiban (juga disebut sebagai posisi positif).
·
Net exposed liability
position (risiko potensial posisi kewajiban bersih): Kelebihan posisi kewajiban
terhadap posisi aktiva (juga disebut sebagai posisi negatif).
·
Net investment
(investasi bersih): Suatu posisi aktiva atau kewajiban bersih yang terjadi pada
suatu perusahaan.
·
National amount
(jumlah nasional): Jumlah pokok yang dinyatakan dalam kontrak untuk menentukan
penyelesaian.
·
Operational hedge
(lindung nilai operasional): Perlindungan risiko valutaasing yang memfokuskan
pada variabel yang mempengaruhi pendapatandan beban suatu perusahaan dalam mata
uang asing.
·
Option (opsi): Hak
(bukan kewajiban) untuk membeli atau menjual suatu kontrak keuangan sebesar
harga yang ditentukan sebelum atau pada saat tanggal tertentu di masa datang.
·
Regulatory risk
(risiko regulator) : Risiko bahwa suatu undang-undang public akan membatasi
maksud penggunaan suatu produk keuangan.
·
Risk mapping (pemetaan
risiko) : Mengamati hubungan temporal berbagai risiko pasar dengan berbagai
variabel laporan keuangan yang mempengaruhi nilai perusahaan dan menganalisis
kemungkinan terjadinya.
·
Structural hedges
(lindung nilai struktural): Pemilihan atau relokasi operasi untuk mengurangi
keseluruhan eksposur valuta asing suatu perusahaan.
·
Tax risk (risiko pajak):
Risiko bahwa tidak adanya perlakuan pajak yang diinginkan.
·
Translation exposure
(eksposur translasi): Mengukur pengaruh dalam mata uang induk perusahaan atas
perubahan valuta asing terhadap aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban dalam
mata uang asing.
·
Transaction potential
risk (risiko potensial transaksi): Keuntungan atau kerugian valuta asing yang
timbul dari penyelesaian atau konversitransaksi dalam mata uang asing.
·
Value at risk (nilai
atas risiko): Risiko kerugian atas portofolio perdagangan suatu perusahaan yang
disebabkan oleh perubahan dalam kondisi pasar.
·
Value driver (pemicu
nilai): Akun-akun neraca dan laporan laba rugi yangmempengaruhi nilai
perusahaan.
2. Tugas
Dalam Mengelola Mata Uang Asing
Manajemen risiko dapat meningkatkan nilai perusahaan
dengan mengidentifikasi, mengendalikan/mengelola risiko keuangan yang dihadapi
secara aktif. Jika nilai perusahaan menyamai nilai kini arus kas masa depannya,
manajemen potensi risiko yang aktif dapat dibenarkan dengan beberapa alasan
berikut:
·
Manajemen eksposur
membantu dalam menstabilkan ekspektasi arus kas perusahaan. Aliran arus kas
yang lebih stabil dapat meminimalkan kejutan laba, sehingga meningkatkan nilai
kini ekspektasi arus kas. Laba yang stabil juga mengurangi kemungkinan risiko
gagal bayar dan kebangkrutan, atau risiko bahwa laba mungkin tidak dapat
menutupi pembayaran jasa utang kontraktual.
·
Manajemen eksposur
yang aktif memungkinkan perusahaan untuk berkonsentrasi pada risiko bisnisnya
yang utama. Contohnya pada perusahaan manufaktur, ia dapat melakukan lindung
nilai risiko suku bunga dan mata uang, sehingga dapat berkonsentrasi pada
produksi dan pemasaran.
·
Para pemberi pinjaman,
karyawan, dan pelanggan juga memperoleh manfaat dari manajemen eksposur.
Pemberi pinjaman umumnya memiliki toleransi risiko yang lebih rendah
dibandingkan dengan pemegang saham, sehingga membatasi eksposur perusahaan
untuk menyeimbangkan kepentingan pemegang saham dan pemegang obligasi. Produk
derivative juga memungkinkan dana pensiun yang dikelola pemberi kerja
memperoleh imbalan yang lebih tinggi dengan memberi kesempatan untuk
berinvestasi dalam instrument tertentu tanpa harus membeli atau menjual
instrument terkait secara nyata. Karena kerugian yang ditimbulkan oleh risiko
harga dan suku bunga tertentu dialihkan kepada pelanggan dalam bentuk harga
yang lebih tinggi, manajemen eksposur membatasi risiko yang dihadapi oleh
konsumen.
3. Pendefinisian
dan Perhitungan Risiko Translasi
Perusahaan dengan operasi luar negeri yang
signifikan menyusun laporan keuangan konsolidasi yang memungkinkan para pembaca
laporan keuangan untuk mendapatkan pemahaman yang holistic atas operasi
perusahaan baik domestic dan luar negeri. Laporan keuangan anak perusahaan luar
negeri yang berdenominasi dalam mata uang asing disajikan ulang dengan mata
uang induk perusahaan. Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata
uang ke mata uang lainnya disebut translasi. Translasi tidak sama dengan
konversi. Konversi adalah pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang lain
secara fisik. Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, seperti hanya
sebuah neraca yang dinyatakan dalam IDR disajikan ulang dalam nilai ekuivalen
DollarAS.
Potensi risiko translasi ini mengukur pengaruh
perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang domestik atas aktiva
dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan. Karena
jumlah dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan ke dalam nilai ekuivalen
mata uang domestik untuk tujuan pengawasan manajemen atau pelaporan keuangan
eksternal, pengaruh translasi itu menimbulkan dampak langsung terhadap laba
yang diinginkan.
Risiko translasi dapat dihitung dengan 2 cara,
yaitu:
·
Dikatakan potensi
risiko positif apabila aktiva terpapar lebih besar daripada kewajiban (yaitu
pos-pos dalam mata uang asing yang ditranslasikan berdasarkan kurs kini.
Devaluasi mata uang asing relatif terhadap mata uang pelaporan (nilai mata uang
asing menurun) menimbulkan kerugian translasi. Revaluasi mata uang asing (nilai
mata uang asing meningkat) menghasilkan keuntungan translasi.
·
Potensi risiko negatif
apabila kewajiban terpapar melebihi aktiva terpapar. Dalam kasus ini, devaluasi
mata uang asing menyebabkan timbulnya keuntungan translasi. Revalusi mata uang
asing menyebabkan kerugian translasi.
Selain potensi risiko translasi pengukuran
akuntansi tradisional terhadap potensi risiko valas ini juga berpusat pada
potensi risiko transaksi. Potensi risiko transaksi berkaitan dengan keuntungan
dan kerugian nilai tukar valuta asing yang timbul dari penyelesaian transaksi
yang berdenominasi dalam mata uang asing. Keuntungan dan kerugian transaksi
memiliki dampak langsung terhadap arus kas. Laporan potensi risiko transaksi
berisi pos-pos yang umumnya tidak muncul dalam laporan keuangan konvensional,
tetapi menimbulkan keuntungan dan kerugian transaksi seperti kontrak forward
mata uang asing, komitmen pembelian dan penjualan masa depan dan sewa guna
usaha jangka panjang.
4. Perbedaan
Risiko Akutansi dengan Risiko Ekonomi
Akuntansi manajemen
memainkan peran yang penting dalam proses risiko manajemen. Mereka membantu
dalam mengidentifikasikan eksposur pasar, mengkuantifikasi keseimbangan yang
terkait dengan strategi respons risiko alternative, mengukur potensi yang
dihadapi perusahaan terhadap risiko tertentu, mencatat produk lindung nilai
tertentu dan mengevaluasi program lindung nilai.
Kerangka dasar yang bermanfaat untuk mengidentifikasi berbagai jenis risiko market berpotensi dapat disebut sebagai pemetaan risiko. Kerangka ini diawali dengan pengamatan atas hubungan berbagai risiko pasar terhadap pemicu nilai suatu perusahaan dan pesaingnya. Pemicu nilai mengacu pada kondisi keuangan dan pos-pos kinerja operasi keuangan utama yang mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Risiko pasar mencakup risiko kurs valuta asing dan suku bunga, serta risiko harga komoditas dan ekuitas. Mata uang Negara sumber pembelian mengalami penurunan nilai relative terhadap mata uang Negara domestik, maka perubahan ini dapat menyebabkan pesaing domestik mampu menjual dengan harga yang lebih rendah, ini disebut sebagai risiko kompetitif mata uang yang dihadapi. Akuntan manajemen harus memasukkan suatu fungsi demikian probabilitas yang terkait dengan serangkaian hasil keluaran masing-masing pemicu nilai.
Kerangka dasar yang bermanfaat untuk mengidentifikasi berbagai jenis risiko market berpotensi dapat disebut sebagai pemetaan risiko. Kerangka ini diawali dengan pengamatan atas hubungan berbagai risiko pasar terhadap pemicu nilai suatu perusahaan dan pesaingnya. Pemicu nilai mengacu pada kondisi keuangan dan pos-pos kinerja operasi keuangan utama yang mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Risiko pasar mencakup risiko kurs valuta asing dan suku bunga, serta risiko harga komoditas dan ekuitas. Mata uang Negara sumber pembelian mengalami penurunan nilai relative terhadap mata uang Negara domestik, maka perubahan ini dapat menyebabkan pesaing domestik mampu menjual dengan harga yang lebih rendah, ini disebut sebagai risiko kompetitif mata uang yang dihadapi. Akuntan manajemen harus memasukkan suatu fungsi demikian probabilitas yang terkait dengan serangkaian hasil keluaran masing-masing pemicu nilai.
Peran lain yang dimainkan oleh para akuntan
dalam proses manajemen resiko meliputi proses kuantifikasi penyeimbangan yang
berkaitan dengan alternative strategi respon risiko. Risiko kurs valuta asing
adalah salah satu bentuk risiko yang paling umum dan akan dihadapi oleh
perusahaan multinasional. Di dalam dunia kurs mengambang, manajemen risiko
mencakup:
·
antisipasi pergerakan
kurs,
·
pengukuran risiko kurs
valuta asing yang dihadapi perusahaan,
·
perancangan strategi
perlindungan yang memadai,
·
pembuatan pengendalian
manajemen risiko internal.
Manajer keuangan harus memiliki informasi
mengenai kemungkinan arah, waktu, dan magnitude perubahan kurs dan dapat
menyusun ukuran-ukuran defensive memadai dengan lebih efisien dan efektif.
5. Strategi
Perlindungan Nilai Tukar dan Perlakuan Akuntansi yang Diperlukan
Setelah mengidentifikasi potensi risiko,
selanjutnya adalah merancang strategi lindung nilai untuk meminimalkan atau
bahkan menghilangkan potensi risiko tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan
lindung nilai neraca, operasional, dan kontraktual.
·
Lindung Nilai Neraca
Strategi perlindungan dengan menyesuaikan
tingkatan dan nilai denominasi moneter aktiva dan kewajiban perusahaan yang
terpapar, yang akan dapat mengurangi potensi risiko yang dihadapi perusahaan.
Contoh metode lindung nilai pada suatu anak
perusahaan yang berlokasi di negara yang rentan terhadap devaluasi adalah:
1.
Mempertahankan saldo
kas dalam mata uang lokal sebesar tingkat minimum yang diperlukan untuk
mendukung operasi berjalan.
2.
Mengembalikan laba
yang di atas jumlah yang diperlukan untukekspansi modal kepada induk
perusahaan.
3.
Mempercepat
(memastikan-leading) penerimaan dari piutang dagangyang beredar dalam mata uang
local.
4.
Menunda
(memperlambat-lagging) pembayaran utang dalam mata uang local.
5.
Mempercepat pembayaran
utang dalam mata uang asing.
6.
Menginvestasikan
kelebihan utang tunai ke dalam persediaan danaktiva lainnya dalam mata uang
local yang tidak terlalu terpengaruh oleh kerugian devaluasi.
7.
Berinvestasi dalam
aktiva di luar negeri dengan mata uang yang kuat
·
Lindung Nilai
Operasional
Lindung nilai operasional berfokus pada
variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan dan beban dalam mata uang asing.
Pengendalian biaya yang lebih ketat memungkinkan margin keselamatan yang lebih
besar terhadap potensi kerugian mata uang. Lindung nilai structural mencakup
relokasi tempat manufaktur untuk mengurangi potensi risiko yang dihadapi
perusahaan atau mengubah negara yang menjadi sumber bahan mentah dan komponen
manufaktur.
·
Lindung Nilai
Kontraktual
Salah satu bentuk lindung nilai dengan
instrumen keuangan, baik instrument derivatif maupun instrument dasar. Produk
instrument ini mencakup kontrak forward, future, opsi, dan gabungan ketiganya
dikembangkan. Untuk memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada para
manajer dalam mengelola potensi risiko valas yang dihadapi.
Perlakuan Akuntansi
Sebelum standar
dibuat, standar akuntansi global untuk produk derivatif tidak lengkap, tidak konsisten
dan dikembangkan secara bertahap. Kebanyakan instrument keuangan, yang sifatnya
dapat dieksekusi, diperlakukan sebagai pos-pos di luar neraca. Kemudian FASB
menerbitkan FAS No.133, yang diklarifikasi melalui FAS 149 pada bulan
April 2003, untuk memberikan pendekatan tunggal yang komprehensif atas
akuntansi untuk transaksi derivatif dan lindung nilai. IFRS No. 39 (revisi)
berisi panduan yang untuk pertama kalinya memberikan tuntunan yang universal
terhadap akuntansi untuk derivative keuangan.
Provisi dasar standar ini adalah:
1.
Instrument-instrumen
derivatif dicatat pada neraca sebagai aktiva dan kewajiban. Instrumen derivatif
dicatat sebesar nilai wajarnya, termasuk yang melekat pada kontrak utama yang
tidak dicatat sebesar nilai wajarnya.
2.
Keuntungan atau
kerugian dari perubahan dalam nilai wajar instrument derivatif, bukan termasuk
aktiva atau kewajiban, namun diakui sebagai laba jika direncanakan sebagai
lindung nilai.
3.
Lindung nilai haruslah
sangat efektif agar layak mendapatkan perlakuan akuntansi khusus, yaitu
keuntungan atau kerugian atas instrument lindung nilai secara tepat harus
mengimbangi keuntungan atau kerugian sesuatu yang dilindung nilai.
4.
Hubungan lindung nilai
harus terdokumentasi secara lengkap demi manfaat pembaca laporan.
5.
Keuntungan/kerugian
dari investasi bersih dalam mata uang asing (posisi aktiva atau kewajiban
terpapar bersih) pada awalnya dicatat dalam laba komprehensif lainnya.
Selanjutnya direklasifikasikan ke dalam laba berjalan jika anak perusahaan
tersebut dijual atau dilikuidasi.
6.
Keuntungan/kerugian
dari lindung nilai terhadap arus kas masa depan yang belum pasti, seperti
perkiraan penjualan ekspor, pada awalnya diakui sebagai bagian dari laba
komprehensif. Keuntungan/kerugian diakui dalam laba apabila transaksi yang
diperkirakan terjadi itu mempengaruhi laba.
Namun, meskipun aturan penuntun yang
dikeluarkan FASB dan IASB telah banyak mengklarifikasi pengakuan dan pengukuan
derivatif, masih saja terdapat beberapa masalah. Yang pertama berkaitan dengan
nilai wajar. Kompleksitas pelaporan keuangan juga semakin meningkat jika
lindung nilai dianggap sangatlah tidak efektif untuk mengimbangi risiko valas.
6. Masalah
Akuntansi dan Pengendalian Terkait Dengan Manajemen Risiko Nilai Tukar Mata
Uang Asing
Perusahaan-perusahaan
secara berkesinambungan menciptakan dan menerapkan strategi-strategi baru untuk
memperbaiki arus kas mereka dalam rangka meningkatkan kekayaan pemegang saham.
Sejumlah strategi mengharuskan dilakukannya ekspansi dalam pasar local. Strategi-strategi
lain mengharuskan penetrasi ke dalam pasar asing. Pasar luar negeri bisa sangat
berbeda dari pasar lokal. Pasar luar negeri menciptakan kesempatan timbulnya
peningkatan arus kas perusahaan.
Banyaknya hambatan masuk ke dalam pasar luar negeri yang telah dicabut atau berkurang, mendorong perusahaan-perusahaan untuk memperluas perdagangan internasional. Konsekuensinya, banyak perusahaan nasional berubah menjadi perusahaan multinasional (multinasional corporation) yang didefinisikan sebagai perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam suatu bentuk bisnis internasional.
Tujuan MNC sendiri secara umum adalah memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Penentuan tujuan sangat penting bagi sebuah MNC, karena semua keputusan yang akan dilakukan harus memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan tersebut. Setiap usulan kebijakan korporasi tidak hanya perlu mempertimbangkan laba potensial, tetapi juga risiko-risikonya. Sebuah MNC harus membuat keputusan-keputusan berlandaskan tujuan yang sama dengan tujuan perusahaan domestik murni. Tetapi di sisi lain, perusahaan MNC memiliki kesempatan yang jauh lebih luas, yang membuat keputusannya menjadi lebih kompleks.
Ada beberapa kendala yang dialami oleh perusahaan MNC seperti, kendala lingkungan, kendala regulatori, dan kendala etika. Kendala lingkungan dapat dilihat dari perbedaan karakteristik tiap negara. Kendala regulatori berupa perbedaan peraturan setiap negara yang ada seperti, pajak, aturan-aturan konversi valuta, serta peraturan-peraturan lain yang dapat mempengaruhi arus kas anak perusahaan. Kendala etika sendiri digambarkan sebagai suatu praktek bisnis yang berbeda-beda di tiap Negara.
Banyaknya hambatan masuk ke dalam pasar luar negeri yang telah dicabut atau berkurang, mendorong perusahaan-perusahaan untuk memperluas perdagangan internasional. Konsekuensinya, banyak perusahaan nasional berubah menjadi perusahaan multinasional (multinasional corporation) yang didefinisikan sebagai perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam suatu bentuk bisnis internasional.
Tujuan MNC sendiri secara umum adalah memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Penentuan tujuan sangat penting bagi sebuah MNC, karena semua keputusan yang akan dilakukan harus memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan tersebut. Setiap usulan kebijakan korporasi tidak hanya perlu mempertimbangkan laba potensial, tetapi juga risiko-risikonya. Sebuah MNC harus membuat keputusan-keputusan berlandaskan tujuan yang sama dengan tujuan perusahaan domestik murni. Tetapi di sisi lain, perusahaan MNC memiliki kesempatan yang jauh lebih luas, yang membuat keputusannya menjadi lebih kompleks.
Ada beberapa kendala yang dialami oleh perusahaan MNC seperti, kendala lingkungan, kendala regulatori, dan kendala etika. Kendala lingkungan dapat dilihat dari perbedaan karakteristik tiap negara. Kendala regulatori berupa perbedaan peraturan setiap negara yang ada seperti, pajak, aturan-aturan konversi valuta, serta peraturan-peraturan lain yang dapat mempengaruhi arus kas anak perusahaan. Kendala etika sendiri digambarkan sebagai suatu praktek bisnis yang berbeda-beda di tiap Negara.
MNC, dalam melakukan bisnis internasionalnya, secara umum
dapat menggunakan metode-metode berikut:
·
Perdagangan internasional
·
Licensing
·
Franchising
·
Usaha patungan
·
Akuisisi perusahaan
·
Pembentukan anak perusahaan baru di
luar negeri
Metode-metode bisnis internasional
meminta investasi langsung dalam operasi-operasinya di luar negeri atau lebih
dikenal dengan sebutan Direct Foreign Invesment (DFI). Perdagangan
internasional dan pemberian lisensi biasanya tidak dianggap sebagai DFI karena
keduanya tidak melibatkan investasi langsung dalam operasi di luar negeri.
Franchising dan usaha patungan cenderung meminta investasi langsung, tetapi
dalam jumlah relatif kecil. Akuisisi dan pendirian anak perusahaan baru
merupakan elemen DFI yang paling besar.
Berbagai peluang serta keuntungan sebuah MNC tidak lepas dari risiko yang akan muncul. Walaupun bisnis internasional dapat mengurangi exposure sebuah MNC terhadap kondisi-kondisi ekonomi negara asalnya, bisnis internasional biasanya juga meningkatkan exposure MNC terhadap pergerakan nilai tukar, kondisi ekonomi luar negeri, dan risiko politik. Sebagian besar bisnis internasional meminta pertukaran satu valuta dengan valuta yang lain untuk melakukan pembayaran. Karena nilai tukar terus berfluktuasi, jumlah kas yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran juga tidak pasti. Konsekuensinya, jumlah unit valuta negara asal yang dibutuhkan untuk membayar bisa berubah walaupun pemasoknya tidak mengubah harga. Selain itu, ketika perusahaan multinasional memasuki pasar asing untuk menjual produk, permintaan atas produk tersebut tergantung pada kondisi-kondisi ekonomi dalam pasar tersebut. Jadi, arus kas perusahaan multinasional dipengaruhi oleh kondisi-kondisi ekonomi luar negeri.
Manajemen dapat menggunakan pengendalian terhadap nilai tukar mata uang asing dengan lindung nilai. Namun, setiap strategi manajemen risiko keuangan harus mengevaluasi efektivitas program lindung nilai tersebut. Umpan balik dari sistem evaluasi yang berjalan akan membantu untuk menyusun pengalaman kelembagaan dalam praktek menajamen risiko. Penilaian kinerja program manajemen risiko juga memberikan informasi mengenai kapan strategi yang ada sudah tidak lagi tepat untuk digunakan. Jadi intinya, pengendalian keuangan yang efektif adalah dengan sistem evaluasi kinerja.
Berbagai peluang serta keuntungan sebuah MNC tidak lepas dari risiko yang akan muncul. Walaupun bisnis internasional dapat mengurangi exposure sebuah MNC terhadap kondisi-kondisi ekonomi negara asalnya, bisnis internasional biasanya juga meningkatkan exposure MNC terhadap pergerakan nilai tukar, kondisi ekonomi luar negeri, dan risiko politik. Sebagian besar bisnis internasional meminta pertukaran satu valuta dengan valuta yang lain untuk melakukan pembayaran. Karena nilai tukar terus berfluktuasi, jumlah kas yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran juga tidak pasti. Konsekuensinya, jumlah unit valuta negara asal yang dibutuhkan untuk membayar bisa berubah walaupun pemasoknya tidak mengubah harga. Selain itu, ketika perusahaan multinasional memasuki pasar asing untuk menjual produk, permintaan atas produk tersebut tergantung pada kondisi-kondisi ekonomi dalam pasar tersebut. Jadi, arus kas perusahaan multinasional dipengaruhi oleh kondisi-kondisi ekonomi luar negeri.
Manajemen dapat menggunakan pengendalian terhadap nilai tukar mata uang asing dengan lindung nilai. Namun, setiap strategi manajemen risiko keuangan harus mengevaluasi efektivitas program lindung nilai tersebut. Umpan balik dari sistem evaluasi yang berjalan akan membantu untuk menyusun pengalaman kelembagaan dalam praktek menajamen risiko. Penilaian kinerja program manajemen risiko juga memberikan informasi mengenai kapan strategi yang ada sudah tidak lagi tepat untuk digunakan. Jadi intinya, pengendalian keuangan yang efektif adalah dengan sistem evaluasi kinerja.
Sistem evaluasi kinerja terbukti bermanfaat dalam berbagai
sektor. Sektor ini mencakup, tetapi tidak terbatas pada, bagian treasuri
perusahaan, pembelian dan anak perusahaan luar negeri. Kontrol terhadap bagian
treasuri perusahaan mencakup pengukuran kinerja seluruh prodram manajemen
risiko nilai tukar, mengidentifikasikan lindung nilai yang digunakan, dan
pelaporan hasil lindung nilai. Sistem evaluasi tersebut juga mencakup
dokumentasi atas bagaimana dan sejauh apa bagian trasuri perusahaan membantu
unit usaha lainnya dalam organisasi itu.
Dalam banyak organisasi, manajemen risiko valuta asing
tersentralisasi pada kantor pusat perusahaan. Hal ini memungkinkan para manajer
anak perusahaan untuk berkonsentrasi pada usaha intinya. Namun demikian, ketika
membandingkan hasil actual dan hasil yang diperkirakan, sistem evaluasi harus
memiliki acuan yang digunakan untukmembandingkan keberhasilan perlindungan
risiko perusahaan.
MENGAPA MENGELOLA RISIKO KEUANGANPertama, manajemen eksposur membantu dalam menstabilkan ekspektasi arus kas perusahaan. Manajemen eksposur yang aktif memungkinkan perusahaan untuk berkonsentrasi pada risiko bisnisnya yang utama. Para pemberi saham, karyawan, dan pelanggan juga memperoleh manfaat dari manajemen eksposur. Pemberi pinjaman umumnya memiliki toleransi risiko lebih rendah dibandingkan dengan pemegang saham, sehingga membatasi eksposur perusahaan untuk menyeimbangkan kepentingan pemegang saham dan pemegang obligasi.
PERANAN AKUNTANSI
Akuntansi manajemen memainkan peran yang penting dalam proses risiko manajemen. Mereka membantu dalam mengidentifikasikan eksposur pasar, mengkuantifikasi keseimbangan yang terkait dengan strategi respons risiko alternative, mengukur potensi yang dihadapi perusahaan terhadap risiko tertentu, mencatat produk lindung nilai tertentu dan mengevaluasi program lindung nilai.
Kerangka dasar yang bermanfaat untuk mengidentifikasi berbagai jenis risiko market berpotensi dapat disebut sebagai pemetaan risiko. Kerangka ini diawali dengan pengamatan atas hubungan berbagai risiko pasar terhadap pemicu nilai suatu perusahaan dan pesaingnya. Pemicu nilai mengacu pada kondisi keuangan dan pos-pos kinerja operasi keuangan utama yang mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Risiko pasar mencakup risiko kurs valuta asing dan suku bunga, serta risiko harga komoditas dan ekuitas. Mata uang Negara sumber pembelian mengalami penurunan nilai relative terhadap mata uang Negara domnestik, maka perubahan ini dapat menyebabkan pesaing domestic mampu menjual dengan harga yang lebih rendah, ini disebut sebagai risiko kompetitif mata uang yang dihadapi. Akuntan manajemen harus memasukkan suatu fungsi demikian probabilitas yang terkait dengan serangkaian hasil keluaran masing-masing pemicu nilai. Peran lain yang dimainkan oleh para akuntan dalam proses manajemen resiko meliputi proses kuantifikasi penyeimbangan yang berkaitan dengan alternative strategi respon risiko. Risiko kurs valuta asing adalah salah satu bentuk risiko yang paling umum dan akan dihadapi oleh perusahaan multinasional. Di dalam dunia kurs mengambang, manajemen risiko mencakup: (1) antisipasi pergerakan kurs, (2) pengukuran risiko kurs valuta asing yang dihadapi perusahaan, (3) perancangan strategi perlindungan yang memadai, dan (4) pembuatan pengendalian manajemen risiko internal. Manajer keuangan harus memiliki informasi mengenai kemungkinan arah, waktu, dan magnitude perubahan kurs dan dapat menyusun ukuran-ukuran defensive memadai dengan lebih efisien dan efektif.
Potensi terhadap risiko valas timbul apabila perubahan kurs valas juga mengubah nilai aktiva bersih, laba, dan arus kas suatu perusahaan. Pengukuran akuntansi tradisional terhadap potensi risiko valas ini berpusat pada dua jenis potensi risiko: translasi dan transaksi.
Potensi risiko translasi mengukur pengaruh perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang domestik atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan. Karena jumlah dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan ke dalam nilai ekuivalen mata uang domestik untuk tujuan pengawasan manajemen atau pelaporan keuangan eksternal, pengaruh translasi itu menimbulkan dampak langsung terhadap laba yang diinginkan. Kelebihan antara aktiva terpapar resiko dengan kewajiban terpapar (yaitu pos-pos dalam mata uang asing yang ditranslasikan berdasarkan kurs kini) menyebabkan timbulnya posisi aktiva terpapar bersih. Posisi ini sering disebut potensi risiko positif. Devaluasi mata uang asing relatif terhadap mata uang pelaporan menimbulkan kerugian translasi. Revaluasi mata uang asing menghasilkan keuntungan translasi. Sebaliknya, jika perusahaan memiliki posisi kewajiban terpapar bersih atau potensi risiko negatif apabila kewajiban terpapar melebihi aktiva terpapar. Dalam kasus ini, devaluasi mata uang asing menyebabkan timbulnya keuntungan translasi. Revalusi mata uang asing menyebabkan kerugian translasi.
Potensi risiko transaksi, berkaitan dengan keuntungan dan kerugian nilai tukar valuta asing yang timbul dari penyelesaian transaksi yang berdenominasi dalam mata uang asing. Keuntungan dan kerugian transaksi memiliki dampak langsung terhadap arus kas. Laporan potensi risiko transaksi berisi pos-pos yang umumnya tidak muncul dalam laporan keuangan konvensional, tetapi menimbulkan keuntungan dan kerugian transaksi seperti kontrak forward mata uang asing, komitmen pembelian dan penjualan masa depan dan sewa guna usaha jangka panjang.
Untuk meminimalkan atau menghilangkan potensi risiko tersebut, dibutuhkan strategi yang mencakup lindung nilai neraca, operasional, dan kontraktual. Lindung nilai neraca dapat mengurangi potensi risiko yang dihadapi perusahaan dengan menyesuaikan tingkatan dan nilai denominasi moneter aktiva dan kewajiban perusahaan yang terpapar. Lindung nilai operasional berfokus pada variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan dan beban dalam mata uang asing. Lindung nilai structural mencakup relokasi tempat manufaktur untuk mengurangi potensi risiko yang dihadapi perusahaan atau mengubah Negara yang menjadi sumber bahan mentah dan komponen manufaktur. Lindung nilai kontraktual dikembangkan untuk memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada para manajer dalam mengelola potensi risiko valas yang dihadapi.
PERLAKUAN AKUNTANSI
FASB menerbitkan FAS No 133, yang diklarifikasi melalui FAS 149 pada bulan April 2003, untuk memberikan pendekatan tunggal yang komprehensif atas akuntansi untuk transaksi derivative dan lindung nilai. Provisi dasar standar ini adalah:
– seluruh instrument derivative dicatat pada neraca sebagai aktiva dan kewajiban,
– keuntungan dan kerugian dari perubahan dalam nilai wajar instrument derivative bukankan aktiva atau kewajiban,
– lindung nilai haruslah sangat efektif agar layak mendapatkan perlakuan akuntansi khusus, yaitu keuntungan atau kerugian atas instrument lindung niai secara tepat harus mengimbangi keuntungan dan kerugian sesuatu yang dilindungi nilai
– hubungan lindung nilai haruslah terdokumentasi secara lengkap demi manfaat pemvaca laporan
– keuntungan atau keruhian dari investasi bersih dalam mata uang asing pada awalnya dicatat dalam laba komprehensif lainnya
– keuntungan atau kerugian lindung nilai terhadap arus kas masa depan yang belum pasti, seperti perkiraan penjualan ekspor, pada awalnya diakui sebagai bagian dari laba komprehensif.
Meskipun aturan penuntun yang dikeluarkan FASB dan IASB telah banyak mengklarifikasi pengakuan dan pengukuan derivative, masih saja terdapat beberapa masalah. Yang pertama berkaitan dengan nilai wajar. Kompleksitas pelaporan keuangan juga semakin meningkat jika lindung nilai dianggap sangatlah tidak efektif untuk mengimbangi risiko valas.
Manajemen Keuangan Internasional: MNC
Perusahaan-perusahaan secara berkesinambungan menciptakan dan menerapkan strategi-strategi baru untuk memperbaiki arus kas mereka dalam rangka meningkatkan kekayaan pemegang saham. Sejumlah strategi mengharuskan dilakukannya ekspansi dalam pasar local. Strategi-strategi lain mengharuskan penetrasi ke dalam pasar asing. Pasar luar negeri bisa sangat berbeda dari pasar lokal. Pasar luar negeri menciptakan kesempatan timbulnya peningkatan arus kas perusahaan.
Banyaknya hambatan masuk ke dalam pasar luar negeri yang telah dicabut atau berkurang, mendorong perusahaan-perusahaan untuk memperluas perdagangan internasional. Konsekuensinya, banyak perusahaan nasional berubah menjadi perusahaan multinasional (multinasional corporation) yang didefinisikan sebagai perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam suatu bentuk bisnis internasional.
Tujuan MNC sendiri secara umum adalah memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Penentuan tujuan sangat penting bagi sebuah MNC, karena semua keputusan yang akan dilakukan harus memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan tersebut. Setiap usulan kebijakan korporasi tidak hanya perlu mempertimbangkan laba potensial, tetapi juga risiko-risikonya. Sebuah MNC harus membuat keputusan-keputusan berlandaskan tujuan yang sama dengan tujuan perusahaan domestik murni. Tetapi di sisi lain, perusahaan MNC memiliki kesempatan yang jauh lebih luas, yang membuat keputusannya menjadi lebih kompleks.
Proses pencapaian tujuan tidak lepas dari hambatan atau kendala yang akan menghalangi pencapaian tujuan tersebut. MNC sebagai sebuah perusahaan yang beroperasi di banyak negara harus mampu melimpahkan wewenang kepada manajer anak perusahaan yang ada di luar negeri. Biaya dari kondisi ini dikenal dengan nama agency cost. Agency cost pada perusahaan MNC lebih besar daripada agency cost pada perusahaan domestik. Perbedaan ini dapat terjadi karena beberapa hal seperti, sulitnya memonitor manajer-manajer dari anak-anak perusahaan yang letaknya jauh dari negara asal. Manajer-manajer anak perusahaan luar negeri yang tumbuh dalam budaya yang berbeda mungkin tidak mau mengejar tujuan yang seragam. Besarnya ukuran dari perusahaan multinasional raksasa juga menciptakan agency cost yang besar.
Besarnya agency cost bervariasi menurut gaya manajemen suatu perusahaan multinasional. Gaya manajemen terpusat bias mengurangi agency cost karena gaya semacam ini memungkinkan manajer-manajer perusahaan induk untuk mengontrol anak perusahaan di luar negeri, sehingga mengurangi kekuasaan manajer-manajer anak perusahaan. Akan tetapi, manajer-manajer perusahaan induk mungkin tidak sebaik manajer-manajer anak perusahaan karena manajer-manajer perusahaan induk kurang memiliki pengetahuan tentang lingkungan anak perusahaan. Sebaliknya, gaya manajemen terdesentralisasi bias menimbulkan agency cost yang lebih besar jika manajer-manajer anak perusahaan membuat keputusan-keputusan yang tidak dilandasi oleh tujuan memaksimumkan nilai perusahaan induk secara keseluruhan. Gaya manajemen ini memiliki kelebihan lain, yaitu dekatnya manajer-manajer anak perusahaan ke operasi dan lingkungan anak perusahaan.
Adanya untung-rugi dari pemakaian salah satu gaya manajemen di atas, sejumlah perusahaan multinasional berupaya untuk memanfaatkan keunggulan dari kedua gaya manajemen tersebut. Perusahaan induk memperbolehkan manajer-manajer anak perusahaan membuat keputusan-keputusan penting mengenai operasi mereka sendiri, tetapi tetap dimonitor oleh manajemen perusahaan induk untuk menjamin agar keputusan-keputusan tersebut harmonis dengan tujuan perusahaan induk.
Selain agency cost, ada beberapa kendala yang dialami oleh perusahaan MNC seperti, kendala lingkungan, kendala regulatori, dan kendala etika. Kendala lingkungan dapat dilihat dari perbedaan karakteristik tiap negara. Kendala regulatori berupa perbedaan peraturan setiap negara yang ada seperti, pajak, aturan-aturan konversi valuta, serta peraturan-peraturan lain yang dapat mempengaruhi arus kas anak perusahaan. Kendala etika sendiri digambarkan sebagai suatu praktek bisnis yang berbeda-beda di tiap negara.
MNC, dalam melakukan bisnis internasionalnya, secara umum dapat menggunakan metode-metode berikut.
1. Perdagangan internasional
2. Licensing
3. Franchising
4. Usaha patungan
5. Akuisisi perusahaan
6. Pembentukan anak perusahaan baru di luar negeri
Metode-metode bisnis internasional meminta investasi langsung dalam operasi-operasinya di luar negeri atau lebih dikenal dengan sebutan Direct Foreign Invesment. Perdagangan internasional dan pemberian lisensi biasanya tidak dianggap sebagai DFI karena keduanya tidak melibatkan investasi langsung dalam operasi di luar negeri. Franchising dan usaha patungan cenderung meminta investasi langsung, tetapi dalam jumlah relatif kecil. Akuisisi dan pendirian anak perusahaan baru merupakan elemen DFI yang paling besar.
Berbagai peluang serta keuntungan sebuah MNC tidak lepas dari risiko yang akan muncul. Walaupun bisnis internasional dapat mengurangi exposure sebuah MNC terhadap kondisi-kondisi ekonomi negara asalnya, bisnis internasional biasanya juga meningkatkan exposure MNC terhadap pergerakan nilai tukar, kondisi ekonomi luar negeri, dan risiko politik. Sebagian besar bisnis internasional meminta pertukaran satu valuta dengan valuta yang lain untuk melakukan pembayaran. Karena nilai tukar terus berfluktuasi, jumlah kas yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran juga tidak pasti. Konsekuensinya, jumlah unit valuta negara asal yang dibutuhkan untuk membayar bisa berubah walaupun pemasoknya tidak mengubah harga. Selain itu, ketika perusahaan multinasional memasuki pasar asing untuk menjual produk, permintaan atas produk tersebut tergantung pada kondisi-kondisi ekonomi dalam pasar tersebut. Jadi, arus kas perusahaan multinasional dipengaruhi oleh kondisi-kondisi ekonomi luar negeri. Risiko potik sendiri muncul pada saat perusahaan multinasional membentuk anak perusahaan di Negara
Sumber : http://manajeemnrisikokeuangan.blogspot.com/
http://ykrespati.wordpress.com/2013/04/28/manajemen-risiko-keuangan-bab-10/
lai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar